Pemerintah Beri Masukan Terkait RUU Sediaan Farmasi

24-09-2012 / KOMISI IX

 

Pansus RUU tentang Pengawasan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga DPR RI memberikan apresiasi terhadap paparan dari Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, dan Kepala Badan POM RI dan akan  menjadi bahan dalam pembahasan Daftar inventaris Masalah (DIM).  

Hal tersebut disampaikan Wakil Ketua Pansus Abdurahman Abdullah diakhir rapat Pansus RUU Pengawsan Sediaan Farmasi dengan Dirjen Binfar dan Alkes Kementerian Kesehatan, Kepala Badan POM dan Direktur Pemberdayaan Konsumen Kementerian Perdagangan di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (24/9)

Rapat Pansus RUU tentang Pengawasan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga DPR RI menyepakati beberapa poin yang perlu diperhatikan antara lain adanya pengaturan tentang sosialisasi hasil uji laboratorium khususnya terhadap bahan berbahaya yang dapat dikonsumsi masyarakat,  penjelasan tentang definisi “pangan olahan”, adanya pengaturan tentang tata niaga dan tata industry, adanya pengaturan  tentang penguatan PPNS di di dalam badan pengawas dan adanya perlindungan terhadap industri nasional.

Pansus RUU tentang Pengawasan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga DPR RI juga meminta kepada Dirjen Standarisasi dan Perlindungan Konsumen Kementerian Perdagangan RI untuk memberikan paparan pada RDP Pansus selanjutnya.

Dalam rapat pansus tersebut, Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI mengusulkan perubahan judul menjadi “RUU Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Pangan Olahan”.

Dirjen Binfar dan Alkes Kementerian Kesehatan juga memberikan masukan perlunya menambahkan substansi mengenai “Hak dan kewajiban semua pemangku kepentingan (pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat/konsumen)”,   “Tanggungjawab Pemerintah”,   “Penetapan penggolongan obat, obat tradisional, kosmetik, dan alat kesehatan”,    “praktik kefarmasian dan penggunaan secara rasional obat dan alat kesehatan”, perlunya  pengaturan khusus tentang “Obat Asli Indonesia” dan “Obat esensial Nasional dan Obat Generik”.

Sementara Kepala Badan POM RI minta  dipertimbangkan dalam RUU ini  pengaturan mengenai “Pengawasan terhadap Pangan Olahan”perlu ditambahkan Bab tentang “Penyidikan untuk konsistensi dengan Fungsi Pengawasan”,  “Sanksi administratif”,  “Upaya Pengawasan dalam Bab tersendiri setelah Bab tentang Fungsi Pengawasan”, dan  mengenai “Pembinaan dalam rangka Pengawasan”. (sc), foto : wahyu/parle.

BERITA TERKAIT
Netty Catat Evaluasi Program MBG: Soal Variasi Menu, Kualitas Rasa, hingga Sistem Reimburse
15-01-2025 / KOMISI IX
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi IX DPR RI, Netty Prasetiyani Aher, menyampaikan pentingnya evaluasi dan perbaikan terhadap pelaksanaan Program Makan...
Virus HMPV Ditemukan di Indonesia, Komisi IX Minta Masyarakat Tak Panik
10-01-2025 / KOMISI IX
PARLEMENTARIA, Jakarta - Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Nihayatul Wafiroh mengapresiasi langkah cepat Kementerian Kesehatan terkait ditemukannya virus Human...
Dukung MBG, Kurniasih: Sudah Ada Ekosistem dan Ahli Gizi yang Mendampingi
07-01-2025 / KOMISI IX
PARLEMENTARIA, Jakarta – Anggota Komisi IX DPR RI Kurniasih Mufidayati, menyatakan dukungannya terhadap implementasi Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang...
Nurhadi Tegaskan Perlunya Pengawasan Pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis
07-01-2025 / KOMISI IX
PARLEMENTARIA, Jakarta – Anggota Komisi IX DPR RI, Nurhadi, menegaskan komitmennya untuk mengawal pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang...